Resume
DARAH DAN
PEREDARAN DARAH
( Dr. Darmadi Goenarso )
PENDAHULUAN
Secara
fisiologi, kepentingan darah yang utama pada hewan adalah untuk mengangkut
bahan makanan dan gas pernapasan, dari bagian pernapasan hewan ke berbagai sel
yang melaksanakan metabolisme didalam tubuhnya. Fungsi lain untuk pengangkutan
hormone dan bahan lain, serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh. Fungsi
darah yang berhubungan dengan system perlindungan, berperan pada reaksi
imunitas. Secara keseluruhan darah juga harus mampu melaksanakan pencegahan
agar tidak terjadi kehilangan sejumlah volume darah karena luka atau sebab lain
sehingga harus ada mekanisme pembekuan darah.
FUNGSI TRANSPORTASI
DAN NON TRANSPORT PADA DARAH
A.
FUNGSI TRANSPORTASI PADA DARAH
1.
Pigmen Respiratori
Berbagai bahan organic
yang berwarna dikenal sebagai pigmen respiratori. Senyawa ini memiliki
afinitas atau daya ikat terhadap oksigen sehingga dapat meningkatkan kapasitas
angkut darah akan oksigen. Pada hewan vertebrata senyawa ini dikenal sebagai hemoglobin.
2.
Hemoglobin
Molekul Hemoglobin terdiri
dari bagian senyawa cin-cin yang disebut Heme terikat pada molekul protein dari
jenis globulin. Mengandung atom besi (Fe). Molekul protein sangat bervariasi
antar spesies hewan berbeda. Molekul hemoglobin dalam keadaan mengikat oksigen
atau oksigenasi Hb disebut oksihemoglobin. Kadar pigmen respiratori, hemoglobin
atau bentuk pigmen lain dalam darah.mempengaruhi jumlah oksigen yang dapat
diangkut. Dengan bertambahnya kadar Hb dalam darah, kekentalan darah akan
meningkat, atau meningkatkan konsentrasi osmotis darah hingga berakibat dapat
meningkatkan laju peredaran darah. Untuk menghindarkan turunnya laju peredaran
darah maka Hb tidak beredar dalam plasma tetapi berada dalam sel darah merah
(Eritrosit), pada hewan vertebrata. Dengan pertambahan jumlah sel darah maka
peredaran dalam kapiler akan mengalami hambatan. Unit heme ini pada darah
vertebrata umumnya mengelompok menjadi molekul besar yang terdiri dari empat
unit heme dalam satu mol Hb secara keseluruhan dapat mengikat empat molekul
oksigen.
Besi di dalam heme selalu
dalam bentuk ferro dan tidak berubah menjadi ferri pada saat mengikat oksigen.
Jadi Hb-O2 bukanlah merupakan hasil oksidasi secara kimia, lebih
tepat bila dikatakan sebagai oksigenasi. Bentuk ikatan Hb-O2 bukan
merupakan ikatan yang erat, di paru-paru dan insang Hb dapat mengikat oksigen
dan dengan mudah pula akan melepaskannya kemabli di jaringan, bergantung pada
tekanan parsial oksigen di sekelilingnya. Di paru-paru atau insang parsial
oksigen relative tinggi hingga terbentuk oksi-Hb. Dijaringan lain, parsial
oksigen lebih rendah karena terus menerus digunakan oleh sel pada jaringan
tersebut. Pada keadaan demikian oksihemoglobin akan terdisosiasi dan terjadi
pelepasan oksigen.
3.
Disosiasi Oksihemoglobin
Karakteristiknya ,
Hemoglobin dapat didedahkan pada ruang berisi oksigen murni, jumlah oksigen yg
diserap Hb selanjutnya diukur. Pengukuran kandungan oksigen yang diikat Hb
dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Pada kondisi demikian jumlah oksigen
yang dapat diikat Hb dinyatakan sebagai 100% jenuh. Setiap unit heme dianggap
dalam keadaan mengikat 1 molekul oksigen. Cuplikan Hb tersebut kemudian
didedahkan pada kondisi dengan lingkungan oksigen yang kurang dari 100%
sebagian dari oksigen yang telah terikat akan terlepas. Dalam keadaan demikian
diukur lagi kandungan oksigen yang terikat pada Hb. Grafik yg terbentuk
dinamakan kurva disosiasi oksihemoglobin, yang menyatakan afinitas Hb akan
oksigen pada beberapa tingkat tekanan parsial oksigen. Pada umumnya kurva ini
berbentuk sigmoid.
Oksigen yang diikat dan
dibawa dari paru-paru akan dilepaskan diberbagai jaringan. Bila kebutuhan
jaringan akan oksigen meningkat maka pO2 dijaringan akan menurun ke
tingkat lebih rendah lagi hingga lebih banyak oksigen akan dilepas dari
hemoglobin.
Otot memiliki juga Hb yang
disebut mioglobin. Oksigen yang dilepas dari Hb biasanya akan mudah terikat
pada mioglobin. Oksigen akan disimpan di otot atau dilepas lagi kecairan
jaringan pada saat dibutuhkan. Enzim sitokrom oksidase dalam setiap sel yang
akan menggunakan oksigen dapat menampung oksigen pada pO2 serendah 5
mmHg, jadi akan mengambilnya dari mioglobin pada saat diperlukan oleh sel.
Pengikatan oksigen oleh Hb atau mioglobin merupakan ksigenasi, sedangkan
pengikatan oksigen dengan hydrogen dikatalisasikan oleh sitokrom oksidasi
merupakan oksidasi kimia yg sesungguhnya. Reaksi ini berlangsung searah pada
proses metabolisme hewan.
Bentuk kurva disosiasi
oksihemoglobin dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dilingkungan.
Peningkatan PCO2 akan menggeser kurva ke sebelah kanan. Bila PH
turun (peningkatan keasaman) menimbulkan akibat yang sama seperti peningkatan
PCO2. Kedua kondisi tersebut sama dengan keadaan yang terjadi dijaringan
pada saat aktivitas metabolisme meningkat. Pada PO2 berapapun,
oksigen yg terikat pada hemoglobin darah semkin menurun karena PCO2
meningkat atau PH menurun. Pada keadaan dimana kebutuhan dijaringan meningkat,
Hb darah melepaskan lebih banyak lagi oksigen. Dampak PCO2 atau PH
terhadapbentuk dan poisi kurva disosiasi oksihemoglobin dikenal efek bohr. Efek
ini menimbulkan perubahan afinitas Hb akan oksigen pada PO2 yang
rendah, tetepi efek ini minimal pada tingkat PO2 yang lebih tinggi.
Jadi peningkatan oksigen di paru-paru hanya berubah sedikit, tetapi pelepasan
oksigen ke jaringan sangat meningkat. Air yang memiliki PCO2 yang rendah biasanya tingkat
PCO2 tinggi. Pada invertebrate yang hidup di air yang kurang sekali
mengandung oksigen terjadi efek bohr yang terbalik, yaitu kurva bergeser ke
sebelah kiri pada PCO2 tinggi. Kurva disosiasi oksihemoglobin pada
amphibi yang akuatik terletak disebelah kiri kurva yang lebih banyak hidup
terestial. Perbedaan ini timbul karena PO2 di air lebih rendah dari
pada di udara. Demikian juga pada hewan yang hidup ditempat yang lebih tinggi
atas permukaan laut berada pada lingkungan PO2 yang lebih rendah,
memiliki kurva disebelah kiri dibandingkan dengan hewan yang hidup di daratan
rendah.
4.
Transport Karbondioksida
Karbondioksida
dalam plasma darah terutama diangkutdalam bentuk ion bikarbonat (HCO3).
Karbondioksida berdifusi ke darah dari sel jaringan yang memproduksinya.
Pengangkutan selanjutnya dilakukan dengan beberapa cara:
1. Sejumlah kecil CO2
bereaksi dengan air di plasma membentuk asam karbonat H2CO3.
Asam karbonat yang terbentuk bereaksi dengan erbagai system buffer dalam darah
sehingga tidak mengubah PH darah. Contoh
Na2HPO4
+ H2CO3
NaH2PO4
+ NaHCO3
2. Sebagian besar CO2
berdifusi dari plasma masuk ke butir darah merah, disini terbentuk H2CO3
prosesnya dipercepat dengan bantuan enzim anhidrase karbonat selanjutnya
terionisasi menjadi ion karonat dan hydrogen.
CO2
+ H2O H2CO3 H+ + HCO3-
Sebagian besar ion
karbonat ini selanjutnya berdifusi kembali ke plasma dan dibawa dalam bentuk
demikian. Agar terdapat keseimbangan elektrik pada membrane butiran darah ini
segera terjadi difusi ion klorida (CL-) masuk dari plasma.
3.
Sebagian besar asam karbonat yang terbentuk di butir adrah merah yang
telah diuraikan di atas, tetap berada di dalam dan bereaksi dengan hemoglobin.
HbO2 dan HHb bersama-sama membentuk system buffer di dalam butir
darah merah agar asam karbonat tidak mengubah PH,
KHb
+ H2CO3 KHCO3 + HHb
4.
Akhirnya beberapa karbondioksida yang terlarut masuk ke butir darah
merah bereaksi langsung dengan gugus amino (-NH2) pada HbO2
membentuk senyawa karbamino disebut Karbhemoglobin
H H
Hb
– N H +
CO2 Hb –
N COOH
Mengangkut CO2 dilakukan drah dengan beberapa cara sambil
mengalir melewati jaringan tubuh. Sesampainya di kapiler-kapiler paru-paru, CO2
akan dilepaskan dengan arah reaksi yang terbalik. Selanjutnya CO2
akan berdifusi dari darah ke alveoli paru-paru dan kemudian terjadi ekspirasi,
terbawa udara keluar. Harus dipahami
bahwa hemoglobin tidak melepaskan semua oksigen ke jaringan atau
karbondioksida di paru-paru, perbedaan PO2 antara arteri dengan vena
hanya 30 %. Efek bohr dapat meningkatkan penggunaan oksigen selama peningkatan
aktivitas fisik hingga tentunya meningkatkan perbedaan PO2 antara
darah arteri dengan darah vena.
B.
FUNGSI NON TRANSPORT DARAH
1.
Koagulasi Darah
Darah memiliki fungsi sangat kompleks, karenanya harus ada mekanisme
untuk mencegah kehilangan darah disebabkan oleh luka. Pada hewan vertebrata
terjadi proses kimia yang kompleks sehingga terjadi koagulum atau bekuan darah.
Bekuan darah selanjutnya kemudian akan menarik pinggiran luka untuk saling
menyatu hingga akhirnya luka akan tertutup. Koagulum terbentuk karena terjadi
pengendapan protein darah khusus yang disebut fibrin.
Reaksi pembekuan darah berlangsung sangat kompleks. Peristiwanya
dimulai dengan pelepasan senyawa yang disebut tromboplastin atau trombokinase
dari sel-sel jaringan luka dan platelet atau trombosit. Di peredaran darah
terdapat zat lain disebut antriprotomin. Antiprotombin menutupi protrombin dan
mencegahnya agar tidak terjadi reaksi. Tromboplastin dilepaskan dari sel-sel
jaringan dan trombosit mengatur antiprotrombin hingga protrombin dapat
dibebaskan. Protrombin menjadi aktif dengan adanya ion kalsium (Ca++),
bentuk aktifnya disebut trombin. Trombin mengubah protein darah fibrinogen yang
larut menjadi fibrin yang tidak larut. Fibrin mengendap berbentuk anyaman yang
menyumbat luka sehingga aliran darah tidak keluar. Plasma yang melewati jalinan
fibrin membawa sel-sel darah yang tersangkut disini dan akibatnya menyumbat
luka sehingga menjadi lebih rapat. Platelet (trombosit) yang terbawa ke anyaman
fibrin akan pecah dan melepaskan lebih banyak tromboplastin sehingga
mempercepat proses endapan fibrin. Dengan cara demikian terjadilah bekuan yang
solid yang benar-benar akan menutup luka yang sebelumnya terbuka, sehingga
tidak terjadi lagi kebocoran aliran darah.
Darah mengandung factor yang mencegah terjadinya koagulasi di saluran
darah yang tidak luka. Diantaranya factor tersebut dikenal heparin.
2.
Pengaturan Osmotik
Dalam darah terdapat protein yang larut yaitu fibrinogen. Globulin
dan albumin. Fibrinogen sangat berperan dalam proses pembekuan atau koagulasi
darah. Globulin terlibat dalam pembentukan hemoglobin dan juga sebagai senyawa
imun atau antibody . albumin berada dalam jumlah besar, di hewan vertebrata
hampir mencapai separuh dari protein darah. Molekul albumin secara relative
kecil dibandingkan dengan protein lainnya, namun karena jumlahnya sangat besar
sangat mempengaruhi tekanan osmotic darah.
3.
Imunitas
Kekhususan darah lainnya (berkaitan dengan limfe) pada hewan
vertebrata dalam hal perlindungan merupakan perisai alam. Fungsi perlindungan
ini bergantung pada kemampuan beberapa jenis sel pada system limfe. Jenis ini
disebut sel plasma. Yang mampu memproduksi senyawa hingga hewan dapat imun
terhadap organism pathogen (bakteri,virus) atau terhadap senyawa toksik yang
diproduksi organism tsb. Senyawa imun yang diproduksi sel plasma disebut
antibody atau badan imun. Globulin darah merupakan bahan yang diproduksi
antibody. Yang merupakan bagian besar protein dara yang terlarut dan dapat
dibedakan menjadi 3 type yaitu globulin alpha, beta, dan gamma. Globulin gamma
merupakan molekul yang biasanya mengkait pada produksi antibody.
Bila protein ‘asing’ masuk, suatu protein yang tidak biasa terdapat
pada suatu hewan, sel-sel plasma akan memproduksi globulin gamma yang spesifik
untuk menghadapi protein asing tsb. Protein asing ini disebut antigen. Bila
suatu organism terdedah lagi pada antigen yang sama yang telah menyebabkan
diproduksinya antibody yang spesifik, maka akan terjadi reaksi
antigen-antibodi. Dan menghasilakan eliminasi atau destruksi antigen.
4.
Golongan Darah
Kode genetis diwariskan melalui DNA pada kromosom di dalam inti sel.
Kromosom berada berpasangan, anggota pasangan kromosom dikatakan sebagai
homolog kromosom. Setiap anggota pasangan homolog kromosom memiliki tempat
untuk kode pemberi sifat yang serupa. Kromosom dapat terbetuk 6 kombinasi dari
3 bentuk protein A,B, dan O yaitu AA,BB,OO,AB,AO, dan BO.
Bila terjadi campuran darah dari golongan berbeda akan terjadi reaksi
antigen-antibodi disebut aglutinasi, yaitu suatu pengelompokan atau
penggumpalan butir darah merah dalam bentuk besar.
5.
Elemen Darah Yang Terbentuk
Disamping bagian cair (plasma), darah berisi pula
beberapa macam butiran, sel dan bagian-bagian sel. Di dalamnya termasuk
eritrosit (sel atau butir darah merah), beberapa macam lekosit (sel darah
putih), dan platelet (trombosit) yang sebenarnya adalah fragmen-fragmen sel.
Lekosit dibagi kedalam 2 kelompok besar. Sel yang
memiliki granula yang jelas pada sitoplasmanya disebut granulosit, yang tidak
memiliki granula disebut Agranulosit.
Granulosit memiliki bentuk inti khas
berlobus.Terdapat 3 tipe granulosit yaitu Eosinophil, Basophil, dan Netrophil.
Agranulosit berinti besar tetapi sitoplasmanya
tidak jelas. Dua tipe yang dibedakan atas bentuk dasar intinya yaitu Limfosit
berbentuk bulat dan Monosit berbentuktapak kuda. Limfosit menjadi sel fagosit
yang besar disebut makrofag, basofil berubah menjadi tipe sel lain. Berbagai
lekosit berperan dalam kekebalan tubuh.
PEREDARAN DARAH (Sistem Kardiovaskular)
A.
Vertebrata
Peredaran darah dibangun atas berbagai saluran.
Saluran yang keluar dari (meninggalkan) jantung, disebut pembuluh nadi
(arteri). Jantung berdenyut dengan frekuensi tertuntu hingga darah keluar ke
nadi besar (aorta). Pembuluh ini menuju ke seluruh bagian tubuh, bercabang
menjadi pembuluh berdiameter lebih kecil (arteriol), saluran terkecil disebut
kapiler. Dari kapiler kepembuluh berukuran semakin besar (venul) hingga menjadi
pembuluh batik besar (vena). Darah pada arteri membawa oksigen lebih banyak
(darah arteri) disbanding vena. Disamping itu darah mengalirkan zat makanan dan
bahan lain yang diperlukan tubuh.
1.
Ikan
Memiliki
jantung untuk memompa darah agar dapat mengalir ke seluruh tubuh. Dan merupakan
bagian dari saluran darahyang membentuk diri menjadi alat untuk memompa.
Terdapat otot yang kuat untuk memompa dan mengalirkan darah. Jantung ikan
terdiri atas :
-
Sebuah serambi (atrium) dengan dinding kamar yang tipis
-
Sebuah bilik (ventrikel) dengan dinding tebal , diantara serambi dan
bilik terdapat katup yaitu alat penutup dan pembuka agar darah dapat mengalir
dari serambi bilik dan sebaliknya. Dengan adanya katup maka darah mengalir
sinambung dan teratur.
Darah
dari vena di kumpulkan di sinus venosus, jaringan ini memiliki daya denyut
sendiri (= pace maker). Darah di pompa ke atrium dan di teruskan ke ventrikel
masing-masing terdiri atas satu ruang, kemudian diteruskan ke ruang terakhir
disebut bulbus arteriosus atau conus arteriosus. Darah ke ventral aorta sangat
pendek dan percabangan masing-masing menuju lengkung insang.
Ventral
aorta pada ikan pembuluh yang keluar dari bulbus atau conus mengalirkan darah
vena . terjadi pertukaran gas pernapasan di insang sehingga aliran yang keluar
dari insang menjadi darah arteri. Pada ikan aliran yang keluar dari insang
diteruskan ke seluruh bagian tubuh.
Terdapat
perbedaan pada aliran darah ikan yang berparu-paru. Aliran yang menuju
paru-paru berasal dari insang sehingga sebenarnya merupakan aliran darah
arteri. Atrium pada ikan berparu-paru sudah memiliki sekat sehingga atrium
terdiri dari 2 ruang. Namun sekat pemisah pada ventrikel belum sempurna
sehingga masih dapat dikatakan satu ruang. Aliran dari atrium kiri dan kanan
tidak bercampur sempurna karena dipisah oleh semacam katup spiral. Darah vena
dari berbagai bagian tubuh akan kembali ke jantung melalui 3 jalur yaitu
a. Melalui hati (liver),
pembuluh ini berasal dari dinding usus, terserap zat makanan. Dan sebagian zat
ini di simpan dihati
b. Melalui ginjal, darah
dibersihkan dari berbagai senyawa hasil metabolisme yang tidak diperlukan dan
harus di buang
c.
Lewat pembuluh lain yang berasal dari hati atau ginjal. Aliran ini
berasal dari bagian depan tubuh (kepala).
2.
Amfibia
Dengan
bergantinya insang dengan paru-paru terjadi pula perubahan pada berbagai organ,
yaitu :
a.
Bentuk alat pernafasan
b.
Lengkung aorta terdapat pada larva ampibia pada saat terjadi pembentukan
paru-paru terbentuk cabang dari lengkung aorta belakang yang menuju ke
paru-paru, fungsinya untuk mengalirkan darah ke paru-paru dari jantung yang
disebut arteri pulmonalis.
c.
Dari paru-paru terdapat pembuluh menuju jantung disebut arteri
pulmonalis
d.
Serambi (atrium) jantung terbagi atas 2 ruang, ruang kiri dan kanan. Serambi
kanan mendapat aliran darah vena dan serambi kiri menerima aliran darah arteri
dari paru-paru. Susunan peredaran darah amphibi menyerupai susunan peredaran
darah ikan berparu-paru. Aliran darah yang kurang oksigen dari seluruh tubuh
masuk ke bagian jantung dan diteruskan ke paru-paru dan kulit. Jantung amphibi
memiliki sinus venosus untuk menampung darah dari pembuluh balik. Jantung nya
memiliki bulbus arteriosus atau truncus arteriosus fungsinya memperhalus tekanan darah pada
arteri
e.
Insang yang tidak diperlukan lagi akan menciut dan akhirnya
menghilang
f.
Dengan lenyapnya insang beberapa lengkung aorta juga mengalami
perubahan lengkung aorta yang muka menjadi arteri leher (carotis) menuju ke
kepala. Lengkung aorta ketiga lenyap . lengkung aorta keempat menjadi arteri
pulmocutaneus. Pemuluh ini menuju daerah kulit membantu pernafasan pada amphibi
Terdapat
dua lengkung aorta kiri dan kanan dari setiap lengkung aorta keluar percabangan
ke anggota badan depan, dinamakan arteri subclavia. Kedua lengkung aorta kiri
dan kanan setelah melewati esophagus bergabung dibawah tulang belakang
menjadidorsal aorta dan mengalirkan darah ke tubuh bagian belakang. Setelah
beredar ke berbagai bagian tubuh darah telah melepaskan oksigen ke jaringan,
darah kembali ke jantung melalui 2 versa yaitu pembuluh vena belakang dan
pembuluh vena depan.
3.
Reptilia
Terdapat
2 kelompok reptilian dalam hal system peredarannya. Reptilian yang non krokodil
memili jenis peredaran dan jantung yang sama dengan katak dan kodok. Kecuali
kulit reptilian tidak memiliki fungsi untuk pertukaran gas pernapasan ventrikel
juga terpisah tidak sempurna seperti pada ikan berparu-paru. Pada reptile
golongan krokodil atrium maupun ventrikel terbagi sempurna hingga masing-masing
menjadi 2 ruang dan tidak terjadi pencampuran darah kaya oksigen dan kurang
oksigen.
4.
Burung pola peredaran darah burung menyerupai mamalia , pada burung mempertahankan
lengkung aorta kanan dan kehilangan lengkung aorta kiri. Denyut jantung pada
burung lebih cepat dan tekanan darah arteri lebih tinggi. Jantung burung secara
proporsional lebih besar karena di perlukan untuk terbang maka denyutnya lebih
cepat. Burung membutuhkan banyak oksigen. Susunan aliran darah lebih sempurna.
Jantung terdiri atas :
a.
Atrium kanan dan kiri
b.
Ventrikel kanan dan kiri
Pada
burung terdapat peredaran darah pendek dan peredaran darah panjang mengalirkan darah
ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru.
5.
Mamalia
Terdiri
dari jantung yang memompa darah ke dua peredaran tertutup, yaitu peredaran
paru-paru dan peredaran sistematik. Setiap peredaran dilengkapi arteri yang
membawa darah dari jantung vena mengembalikan darah ke jantung dan kapiler yang
menghubungkan arteri dengan vena.
a.
Jantung mamalia
Merupakan
pompa ganda karena setengah daripadanya memompa bagian sirkulasi yang terpisah.
Bagian paruh kanan menerima darah dari peredaran sistematik dan memompanya ke
paru-paru. Bagian paruh yang sebelah kiri mendapat darah yang kembali dari
paru-paru dan memompanya lagi ke peredaran sistematik.
Darah
dari aliran sistematik masuk ke atrium kanan dan dari paru-paru masuk ke atrium
kiri pada saat bersamaan. Dari atrium darah masuk masing-masing ke ventrikel
sisi yang sama. Ventrikell berkontraksi untuk mendorong darah ke arteri , dari
ventrikel kanan ke arteri yang menuju paru-paru , dari ventrikel kiri darah
masuk ke aorta . katup jantung dapat mencegah arah aliran yang sebaliknya.
Pada
saat ruang jantung berkontraksi (sistol), relaksasi jantung (diastole). Pada
waktu ventrikel melaksanakan sistol, darah di dorong ke arteri pulmonalis dan
ke aorta. Tekanan darah pada arteri-arteri meningkat hingga maksimum (tekanan
sistol). Saat ventrikel melemas dan sedang diisi darah dari atrium terjadi
penurunan tekanan pada arteri karena darah mengalir ke kapiler dan vena.
b.
Keluaran jantung
Merupakan
volume darah yang setiap menit dipompa jantung atau volume permenit atau volume
menit. Jumlah ini bergantung pada denyut
permenit. Pada saat sistol ventrikel tidak mengosongkan seluruh isi jantung
masih ada sejumlah kecil darah lebih kuat. Peningkatan volume darah balik dari
vena dapat menghasilkan peningkatan volume permenit keluaran jantung hingga
menghasilkan sistol lebih kuat.
Pengaturan
denyut jantung dimulai dari sumber denyut yang mendapat perintah dari susunan
saraf pusat. Atrium berdenyut kemudian melalui jaringan khusus diteruskan ke atrioventricularnode.
B.
Avertebrata
1.
Anelida
Memiliki system peredaran darah tertutup, sangat
teratur, peredaran darahnya sering mengandung pigmen respiratori yang terlarut
dalam plasmanya . umumnya dalam bentuk hemoglobin tetapi beberapa diantaranya
berbentuk khlorokruorin atau hemeritrin. Anelida mempunyai jantung yang jelas,
beberapa bagian pembuluh darahnya menggelembung dan kontraktil.
Pembuluh-pembuluh penghubung antara yang dorsal dan ventral merupakan pembuluh
yang kontraktil berlaku sebagai jantung tambahan.
2.
Echinodermata
Memiliki 3 sistem cairan tubuh, system coelom,
system darah dan system pembuluh air. System terakhir terutama berfungsi dalam
gerakan merupakan system hidrolik yang dipakai untuk menggerakan kaki tabung
dan berisi cairan yang serupa dengan air laut. Terdapat coelom antara dinding
tubuh dengan saluran pencernaan makanan, terisi cairan coelom tampak penting
untuk pengangkutan bahan makanan antara saluran makanan ke berbagai bagian
badan . saluran darahnya berisi cairan terpisah pada timun laut mengandung
hemoglobin.
3.
Moluska
Kecuali cumi-cumi, moluska terdapat peredaran dara
terbuka. Darahnya berisi hemosisanin dan beberapa jenis memiliki hemoglobin.
Moluska memiliki jantung yang berkembang cukup baik, denyut jantung disesuaikan
dengan keperluan secara faal akan oksigen. Jantung moluska mampu berdenyut
terus meskipun dipisahkan hubungannya dengan saraf, memiliki pacemaker yang
ritmis. Asethilkolin bersifat penghambat dan serotonin merupakan senyawa pemicu
jantung.
Cephalopoda (cumi-cumi) memiliki system peredaran
darah tertutup yang sangat maju dan dilengkapi arteri, vena dan jaringan
kapiler. Hal ini berkaitan dengan pengaturan peredaran dan aktivitas hewan tsb.
Selain itu juga karena kepentingan darah dalam pertukaran gas respirasi dan
berkait dengan fungsi ginjal.
4.
Serangga
Terdapat pembuluh darah utama di sepanjang sisi
dorsal. Pembuluh di bagian posterior berfungsi sebagai jantung yang dilengkapi
dengan serangkaian lubang berkatup jalan untuk aliran darah. Darah serangga
tidak berperan khusus dalam pernapasan fungsi utamanya adalah membawa bahan
makanan dan hasil metabolisme ke setiap bagian badannya, juga menyediakan
system transport bagi hormone. Hormone sangat penting dalam koordinasi
fisiologis. Pada beberapa serangga peredaran darah sangat penting dalam
pembagian panas dan khususnya pengaturan kehilangan pada serangga sangat aktif yang
dapat terbang.
5.
Arachnida
Pada beberapa kalajengking dijumpai hemosianin.
Kalajengking dan laba-laba memiliki organ respiratori yang dialiri darah.
Karenanya tidak memiliki system trachea seperti serangga. Jantungnya terdapat
disebelah dorsal abdomen. Jantung dilengkapi celah-celah berkatup dan
mengalirkan darahnya ke arteri. Adanya tekanan darah yang tinggi ke bagian kaki
sangat diperlukan untuk bergerak.
6.
Krustacea (udang-udangan)
Peredaran darahnya bervareasi. Pada udang kecil
sangat sederhana, pada udang besar terutama dekapoda dijumpai system peredaran
darah lebih maju dan memiliki hemosianin sebagai pigmen respiratori.
Darah masuk ke jantung disebelah dorsal melalui
ostia yang berkatup. Dari jantung terdapat arteri utama ke anterior maun ke
posterior. Arteri bercabang-cabang dimana darah keluar dari pembuluh dan
mengalir diantara jaringan ke system sinus ventral. Darah mengalir ke insang
dan kembali ke jantung melalui pembuluh yang terputus-putus.
0 komentar:
Posting Komentar